aku adalah aku

aku adalah aku
pramuka adalah hidupku !!

Sabtu, 08 Mei 2010

SANGGAR TEATER SELEMBAYUNG


Pada tanggal 10 Agustus 1996 di dalam tubuh Fakultas Sastra, Universitas Lancang Kuning, Rumbai-Pekanbaru, Riau, lahirlah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bernama Sanggar Selembayung. Komunitas ini mengakomodir semua gerak kreatif seni (teater, tari, musik, dan sastra) mahasiswa, menginterpretasikan dalam bentuk pertunjukan, dikonsumsi dan diapresiasi oleh semua kalangan. Meski titik sentral berada di Fakultas Sastra, kumpulan ini tidak menutup pintu bagi mahasiswa fakultas lain untuk bergabung.

Dua tahun (1996-1998) adalah masa perekrutan, dan pembinaan anggota. Cara yang dilakukan untuk menarik mahasiswa untuk mau bergabung adalah selain dengan jalan penyebaran brosur juga dengan melakukan aktivitas-aktivitas seni di lingkungan kampus, seperti drama improvisasi, visualisasi puisi, dan lain-lain. Pembinaan anggota selain melakukan proses latihan yang keras untuk membangun mental dan fisik anggota juga seringnya mengadakan pertemuan-pertemuan baik terencana maupun tidak dengan tujuan memperat rasa persaudaraan.

Demi meningkatkan semangat berkesenian anggota khususnya teater, Sanggar Selembayung mengikuti Festival Teater Se-Riau yang diadakan oleh Dewan Kesenian Riau (DKR) pada tahun 1999 di Teater Arena Dang Merdu. Taman Hati dengan sutradara Hang Kafrawi berhasil meraih prestasi sebagai Penyaji Terbaik II. Garapan ini adalah adaptasi dari cerpen Danarto dengan judul Kecubung Pengasihan.

Tahun 2000, DKR mengadakan Festival Teater Se-Riau II di tempat yang sama. Di tahun ini Sanggar Selembayung kembali berpartisipasi dengan mengusung garapan berjudul Gerr karya Putu Wijaya, yang disutradarai oleh Hang Kafrawi, dan berhasil meraih Penyaji Terbaik III. Di tahun ini juga Sanggar Selembayung mengikuti Teater Eksperimental di Sumatera Barat dengan membawa garapan Taman Hati.

Garapan Orang-Orang Kalah, karya dan Sutradara Hang Kafrawi, yang dibawa ke Festival Teater Se-Riau III (2001) III, menjadi pelajaran sangat berharga bagi para anggota Sanggar Selembayung agar bekarya tidak hanya sekedar mengejar gelar. Garapan ini tidak meraih prestasi apa pun dalam festival tersebut. Seolah menjadi obat kekecewaan, di tahun yang sama Sanggar Selembayung diundang untuk mengikuti Ekshibisi Teater di Medan-Sumatera Utara dengan membawa garapan Orang-Orang Kalah. Tidak mau dikatakan hanya sekedar partisipan, Sanggar Selembayung, masih di tahun 2001, sukses menaja Kenduri Teater Se-Sumatera dan Malaysia.

Tahun 2002, Sanggar Selembayung mendapat kehormatan untuk mengikuti Festival Teater Melayu Se-Asia Tenggara (FESTEMA) di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Selangor-Malaysia. Baginda Sultan, karya dan sutradara Hang Kafrawi dijadikan pilihan untuk menikuti ajang tersebut. Tidak hanya sampai di situ, di tahun ini, Sanggar Selembayung juga memproduksi garapan lain selain Baginda Sultan, yaitu Perempuan-Perempuan, karya dan Sutradara Dewi MN. Kedua garapan ini diikutkan dalam Festival Teater Se-Riau IV dan berhasil meraih prestasi sebagai Penyaji Terbaik I (Perempuan-Perempuan), serta Penyaji Terbaik III (Baginda Sultan). Di tahun ini juga Sanggar Selembayung memproduksi dua Film Pendek, yaitu Eks Kapten (karya dan Sutradara Hang Kafrawi) dan Kita Juga Bisa (karya dan sutradara Fedli Azis). Kedua film ini berhasil meraih prestasi sebagai Juara I (Eks Kapten) dan Harapan I (Kita Juga Bisa) dalam ajang Seyembara Film Pendek Se-Riau DKR.

Festival Teater Se-Riau memasuki tahun kelima diubah nama menjadi Gelora Teater Se-Riau 2003). Hajatan ini diadakan di Rengat-Inderagiri Hulu. Dalam ajang tahunan ini Sanggar Selembayung mengirim dua garapan, yaitu Bomo Pembengak (adaptasi Dokter Gadungan karya Moliere) karya dan sutradara Fedli Azis dan Menunggu Buntat (adaptasi Menunggu Godot) karya dan sutradara Dewi MN. Seperti tahun 2002, kedua garapan ini pun meraih prestasi yang sama, yaitu Penyaji Terbaik I (Bomo Pembengak) dan Penyaji Terbaik III (Menunggu Buntat). Di tahun ini juga, Sanggar Selembayung sukses menggelar Worshop Tetaer Tingkat SMU Se-Pekanbaru. Dan tahun 2003 merupakan tahun di mana Sanggar Selembayung memasuki babak baru karena di tahun ini Sanggar Selembayung memutuskan untuk lepas dari Universitas Lancang Kuning. Selain itu, masih di tahun yang sama, Sanggar Selembayung mengirim dua utusannya (Fedli Azis dan Dewi MN) untuk mengikuti workshop teater di yogjakarta

Gelora Teater Se-Riau VI (2004), Sanggar Selembayung kembali mengirim dua garapan, yaitu Kematian (adaptasi Antigone versi Jean Anouilh) karya dan sutradara Fedli Azis dan Pilih-Pilih Jodoh (adaptasi Perkawinan karya Nikolai Gogol) karya dan sutradara Rina. Kematian meraih prestasi, yaitu sebagai Penyaji Terbaik II, Pilih-Pilih Jodoh meraih Penyaji Terbaik III. Selain itu, Sanggar Selebayung kembali mendapat kehormatan mengikuti ajang FESTEMA II di UKM, Selangor-Malaysia dengan mengusung garapan Mengadili Sang Sapurba, karya dan sutradara Hang Kafrawi.

Tahun 2005, di ajang Gelora Teater Se-Riau VII, Sanggar Selembayung kembali mengirim dua garapan, yaitu Dang Baharu (karya dan sutradara Fedli Azis), dan Pecundang (karya Fedli Azis, sutradara Rina). Kali ini hanya garapan Pecundang yang meraih prestasi, yaitu sebagai Penyaji Terbaik II. Dalam even Seyembara Film Pendek Se-Riau, Belacan?naskah oleh Noviyanti, ide cerita dan sutradara Rina meraih Juara II.

Tipu Hela Nawas (Adaptasi Akal Bulus Scapin, karya Moliere), sutradara Rina dan Merisik Adaptasi Pinangan, karya Anton Chekov), sutradara M. Paradison, merupakan dua garapan yang diikutkan dalam Gelora Teater Se-Riau VIII, 2006. Seperti tahun 2005, hanya satu garapan yang meraih prestasi, yaitu Tipu Hela Nawas. Dalam even Seyembara Film Pendek Se-Riau, Belacan?naskah oleh Fedli Azis dan sutradara oleh Rina meraih Juara Harapan II.

Seperti tahun 2001, Sanggar Selembayung tidak meraih prestasi di Gelora Teater Se-Riau IX, tahun 2007. Garapan yang dibawa adalah Pesta Penyamun (adaptasi Pesta Pencuri, karya Jean Anouilh), sutradara Rina. Di ajang Festival Teater Remaja Se-Riau II, garapan Keletah Kepunan karya M. Paradison, sutradara Mimi Suriani, Sanggar Teater Selembayung meraih prestasi sebagai Penyaji Terbaik II.

Mengarak Teater adalah program yang ditaja oleh Sanggar Selembayung pada tahun 2008 dan Kabupaten Siak merupakan tempat dimana acara ini digelar. Adapun garapan yang diusung adalah Keletah Kepunan karya M. Paradison, sutaradara Mimi Suriani. Di even Gelora Teater Se-Riau X, Sanggar Selembayung mengirim garapan Dadu Legenda karya M. Paradison dengan sutradara Rina, dan meraih prestasi sebagai Penyaji Terbaik III. Dalam ajang Seyembara Film Pendek Se-Riau, film Gelak Setengah Tiang?skenariao dan sutradara M. Paradison meraih prestasi sebagai Film Terbaik I. Selain itu, di tahun ini Sanggar selembayung mengirim tiga delegasinya, yaitu, Rina, Mimi Suriani, dan Tri Sepnita, ke Lampung untung mengikuti acara Panggung Perempuan Se-Sumatera (PPS).

Di awal tahun 2009(2 s/d 4 Januari), Sanggar Selembayung menjadi satu-satunya sanggar independen di Riau yang pernah menggelar Pentas Tunggal Teater tiga malam berturut-turut dengan mengusung garapan Malam Terakhir karya Yukio Mishima, sutradara Fedli Azis. Even ini menjadi sangat fenomenal karena diadakan oleh sanggar kecil, yang anggotanya tidak mencapai dua puluh orang. Terlebih lagi, sang sutradara, Fedli Azis, menyutradarai garapan ini di sela-sela kesibukannya sebagai seorang wartawan. Setelah pentas tunggal sukses dilaksanakan, sanggar Selembayung tidak bisa berdiam lama-lama karena tugas lain menunggu, yaitu menyiapkan garapan untuk dibawa ke Lampung, mengikuti kelanjutan acara Panggung Perempuan Se-Sumatera dan Prahara Cik Apung karya Rina, yang disutradarai oleh Mimi Suriani menjadi pilihan.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

seru tuh kalo punya kegiatan spt itu.

reri saputra mengatakan...

iyaaahhh bener ,,,
aku anggota teater !!
hahahaha

Unknown mengatakan...

mampir lagi.

Remiel mengatakan...

reri, salam kenal.
saya hanya tertarik dg profil anda yg menyukai anak2 dan ingin menjadi konselor anak & remaja karena saya adalah seorang guru TK dan SD.
Saya jg cerpenis walau tak ada karya saya yg brhsl terpublikasikan.